Harga daging ayam masih tinggi. Ada sejumlah faktor yang disebut sebagai penyebabnya. Seperti yang diungkapkan penjualan daging ayam di Pasar Jaya Ciracas, Jakarta Timur.
Salah seorang penjual daging ayam, Agus menduga bahwa naiknya harga daging ayam karena ada permainan dari peternak. Peternak dianggap memainkan pasokan sehingga harga naik.
“Permainan yang punya ternak. Pasar lagi lesu, di sananya dimainkan sama mereka. Padahal pasokan masih banyak. Tapi dimainkan mereka, ditahan, jadi kesannya berkurang, padahal ayam banyak,” katanya kepada detikFinance, Jakarta, Minggu (11/2/2018).
Dia berharap pemerintah tidak diam dengan adanya kenaikan harga daging ayam.
Pedagang lain, Midianto mengatakan bahwa dirinya tidak merasa kesulitan untuk mamasok daging ayam. Hanya saja dia memperkirakan kenaikan harga daging ayam karena tingginya permintaan di tingkat peternak.
Kenaikan harga, kata dia saling berkaitan dengan tingkat permintaan. Di saat harga daging ayam sedang naik, biasanya permintaan di tingkat peternak juga tinggi.
“Mungkin faktor peternakan ayamnnya kurang, karena yang ambil bertambah. Kalau di peternakan, kalau harga ayam lagi naik, permintaannya naik,” ujarnya.
Pedagang lain, Aminati menambahkan. Dia mengaku heran dengan naiknya harga daging ayam belakangan ini. Pasalnya, pasokannya sendiri ada terus. Biasanya penyebab harga daging ayam naik karena pasokan menipis.
“Pasokannya enggak susah, ayam ada terus. Tapi penjualan susah karena harganya lagi tinggi. Biasnya barang mahal karena langka, tapi ini mah enggak. Kata tengkulak ayam juga lagi banyak ayamnya,” lengkapnya.
Sebagaimana diketahui, harga daging ayam di Pasar Jaya Ciracas, Jakarta Timur tembus Rp 60 ribu per ekor untuk ukuran paling besar. Biasanya harga ayam jenis ini dijual Rp 55 ribu paling mahal.
Rata-rata kenaikan harga daging ayam mencapai Rp 5 ribu. Saat lagi turun, harga daging ayam berukuran kecil per ekor dijual Rp 23 ribu, yang sedang Rp 35 ribu dan yang besar Rp 55 ribu.
Sumber: detikfinance
