28 C
New York
Saturday, July 27, 2024

Buy now

spot_img

Akibat Cekcok Mulut Seorang Nelayan di Tembak Anggota Brimob

Beritapolisi.com – Sorong, Seorang warga Kota Sorong bernama Frans Kbarek (21) yang Serse berprofesi sebagai nelayan terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena ditembak oleh seorang diduga oknum anggota Brimob dari Detasemen B Pelopor Sorong dan dianiaya oleh seorang Oknum TNI yang belum diketahui identitas lengkap serta asal kesatuannya.
Diduga insiden ini akibat cekcok mereka terkait jasa jaga perahu nelayan di area pasar ikan, Pusat Pendaratan Ikan (PPI), Jembatan Puri, Jalan Baru, Kota Sorong, Papua Barat, pada Rabu 13 Juni 2018. Frans Kbarek mengatakan, kejadian adu mulut ini terjadi saat dia dan empat rekannya pada Rabu pagi kemarin berada di area pasar untuk bekerja menjaga tambatan perahu, namun mereka dilarang oleh pelaku.
Ia melanjutkan, pelaku sempat cekcok dengan dirinya, karena menurut Frans, pelaku memang mempunyai keinginan menguasai lahan labuh tambat di sekitar area PPI tersebut Setiap pagi kita mau kerja, dia larang.
Dia mau dia yang jaga supaya dia digaji. Satu perahu itu dia minta Rp300.000. Kita mau kerja, dia tinggal larang terus setiap hari. Setiap pagi kita mau datang, dia (oknum Brimob) larang-larang saja,” ungkap Frans membuka percakapan dengan di Rumah Sakit Angkatan Laut Kota Sorong, Rabu 13 Juni 2018.
Dia melanjutkan, persoalan tersebut berubah menjadi adu mulut dengan pelaku yang menyebabkan Frans dianiaya oleh pelaku dan dibantu oleh seorang oknum TNI. Bahkan, menurut Frans, dirinya ditembak oleh oknum Brimob tersebut. “Jadi pas saya mau jaga perahu, itu yang dari tadi pagi dia (oknum Brimob), taruh senjata di saya punya kepala sama tentara.
Mereka dua yang pukul saya. Pas saya ditembak lagi, saya baku melawan (adu mulut) dengan dia. Langsung saya lari. Dia tembak di perut sama dia toki (pukul) dengan senjata di kaki saya. Dia tembak banyak kali ke udara, tapi saya lari langsung sudah lompat ke laut, jadi dia tidak dapat saya. Nama Brimob itu Sarifuddin.
Dia anggota Brimob. Kalau pangkatnya, saya tidak tahu. Dia tidak sendirian, dia dengan ada satu tentara yang aniaya saya. Kalau tentara, saya tidak tahu namanya. Kejadian sekitar jam 6 pagi tadi,” jelas Frans menceritakan kronologi kejadian berdarah pada Rabu pagi itu. Frans melanjutkan, saat kejadian tersebut dirinya bersama empat rekan. Selain ditembak, dirinya juga dipukul di area wajahnya oleh seorang oknum TNI. Saat keributan terjadi, oknum TNI itu melarikan diri, sedangkan oknum Brimob melepaskan tembakan membabi buta di lokasi kejadian. “Saat kejadian, saya dengan teman-teman saya ada empat orang, yang pukul wajah saya tentara. Saat ribut, tentara lari, dan yang Brimob ini yang berdiri kokang senjata baru tembak takaruang saja (lepaskan tembakan membabi buta).”
Sayangnya, pengakuan Frans Kbarek ini justru berbeda dengan penjelasan pihak kepolisian. Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Hary Supriyono saat dikonfirmasi wartawan membenarkan kejadian penganiayaan dan penembakan di Pelabuhan Jembatan Puri tersebut.
Namun, oknum Brimob yang menjadi korban pengeroyokan dari Frans Kbarek di Jembatan Puri, Klademak II, Kota Sorong. Sekitar Pukul 06.10 WIT (oknum brimob) Korban yang sedang melakukan pengamanan di Jembatan Puri. Saat itu korban mendengarkan terduga pelaku mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap institusi Brimob (Brimob mata uang).
Saat itu juga korban menanyakan kepada terduga pelaku: Kenapa bilang seperti itu? Maksudnya kamu apa? Namun pelaku mengatakan tidak mengatakan kata-kata tersebut,” jelas Hary kepada wartawan. Lebih lanjut ia menjelaskan, terduga pelaku (Frans Kbarek) marah-marah dan membongkar tempat jualan di sekitar TKP. Kemudian korban menegur dengan mengatakan, “Kenapa kamu bongkar tempat jualanya orang?” Tiba-tiba Frans Kbarek cs melakukan pemukulan dan pengeroyokan terhadap oknum polisi ini.
Dengan adanya kejadian tersebut, korban merasa terdesak dan sempat membuang tembakan peringatan. “Korban mengalami luka sobek pada bagian mulut, luka lebam pada bagian pipi kanan, luka lecet pada bagian lutut sebelah kiri.
Kemudian Frans Kbare mengalami luka tembak peluru karet di bagian perut sebelah kanan dan sementara dilakukan perawaran di RS Angkatan Laut Sorong” ucap Hary. Menanggapi insiden tersebut, Ketua Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay Paul Finsen Mayor S.IP mengatakan kasus penembakan yang diduga dilakukan oknum anggota Detacemen B Polda Papua Barat berinisial S bersama oknum anggota TNI di areal Jembatan Puri, Kota Sorong, pada Rabu 13 Juni 2018, sekira pukul 06.10 WIT, agar dapat ditindak tegas. Paul menjelaskan, pihaknya mengaku kecewa dengan tindakan dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum aparat keamanan yang hampir menewaskan seorang nelayan atas nama Frans Kbarek.
Aksi koboi yang dilakukan oleh oknum aparat ini merupakan pelanggaran HAM dan segera pelaku diproses hukum dan dipecat dari kesatuannya, sebab telah mencederai Institusinya.
Kami mendesak dijatuhi hukuman seberat-beratnya, jangan ada pilih kasih dalam kasus ini. Kami mau lihat sejauh mana keseriusan aparat keamanan dalam memproses kasus ini,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan Rabu malam. Sementara pihak keluarga korban penembakan menyesalkan adanya pemberitaan salah satu media lokal di Kota Sorong yang dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan kasus ini.
Menurut pihak keluarga, seharusnya jurnalis dalam melaksanakan tugas harus mempunyai wawasan yang luas sebelum memberitakan suatu peristiwa dengan memahami Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers. Pihak keluarga korban juga harus diwawancarai agar berita itu berimbang.(hy/cr)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles