28 C
New York
Friday, July 26, 2024

Buy now

spot_img

Berbagai Teori di Balik Kolapsnya Paru-paru Ratusan Remaja Usai Nge-vape

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sedang menginvestigasi 94 kasus kemungkinan penyebab terkait 149 remaja yang dilaporkan alami sakit paru karena vape atau rokok elektrik, dalam kurun waktu dua minggu terakhir.

Dilaporkan situs Live Science, masih belum jelas apa kaitan antara penyakit dan jenis produk yang mereka gunakan. Akan tetapi diketahui bahwa mereka menggunakan bermacam-macam isi vape, termasuk nikotin dan mariyuana, dan juga membelinya di jalanan.

Berdasarkan informasi terbatas, kemungkinan paling mendekati adalah kimia beracun dalam rokok elektrik menyebabkan respons inflamasi yang cukup reaktif pada paru-paru mereka, demikian dijelaskan oleh Dr Michael Siegel, dosen kesehatan masyarakat di Boston University’s School of Public Health.

Jika benar, maka cedera paru yang diakibatkan senyawa kimia bisa mengakibatkan kondisi paru-paru yang cukup parah, misalnya sindrom distres pernafasan akut (ARDS). ARDS telah lama dikaitkan akibat menghirup asap beracun.

Kondisi lainnya adalah chemical pneumonitis atau inflamasi paru yang disebabkan menghirup irritant (bahan kimia penyebab iritasi).

“(Tetapi) sangat tidak mungkin kalau kasus ini disebabkan hanya dengan rokok cairan elektrik berisi nikotin. Bisa jadi reaksinya disebabkan oleh kontaminan yang ada dalam formulasi tertentu dari produk ganja (yang mungkin dijual di jalanan),” lanjut Dr Siegel.

Namun pakar lainnya juga menyebut bahwa rokok elektrik tanpa ganja juga bisa menyebabkannya. Misal yang berisi nikotin, di mana sekelompok peneliti baru-baru ini menemukan bahwa nikotin melepaskan enzim yang berpotensi berbahaya, yakni molekul yang berperan memecah protein di dalam tubuh, ke dalam paru-paru.

“Enzim ini diketahui bisa menyebabkan kerusakan paru-paru. Aku pikir bahwa.. para remaja yang mengonsumsi sejumlah besar nikotin berdampak pada sel-sel imun di paru-paru,” imbuh Robert Tarran, penulis senior dari studi tersebut dan dosen di University of North Carolina School of Medicine.

Sudah banyak studi soal rokok elektrik sebelumnya yang menemukan bermacam-macam kimia di dalam vapor (alat vape) yang dapat merusak sel-sel dan memicu inflamasi di paru-paru dan aliran darah. Bila dikerucutkan, ada satu kemungkinan soal kasus ini.

“Satu kemungkinan bahwa paru-paru mereka tidak dapat menarik oksigen dengan benar. Jika itu masalahnya, paru-paru harus mengambil oksigen lebih banyak dari darah. Fenomena ini juga menjelaskan mengapa studi kami melihat adanya pengurangan oksigen mengalir di pembuluh darah setelah vaping,” kata Felix Wehrli, penulis senior dari sebuah studi dan profesor biofisika dan ilmu radiologi di University of Pennsylvania Perelman School of Medicine.

Penggunaan rokok elektrik belakangan ini cukup melesat, terutama di AS, karena dikenalkan sebagai pengganti rokok yang lebih aman. Namun, Administrasi Obat-obatan dan Pangan AS (FDS) masih belum mengeluarkan aturan soal vape.

CDC menyebut investigasi masih dilanjutkan. Sementara pada Jumat (23/8) lalu, Dinas Kesehatan Illinois mengumumkan ada satu pasien yang akhirnya meninggal dunia, yang kemungkinan jadi kasus pertama kematian akibat penyakit berkaitan dengan vape.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles