SEJAK diperkenalkan di Universitas Indonesia pada kisaran 1988, internet terus berkembang dari waktu ke waktu di nusantara. Hingga sekarang, kekuatan jaringan teknologi ini sudah mapan. Bahkan, disparitas selukbeluk teknisnya sudah tidak jauh berbeda dengan negaranegara maju.
Internet menjadikan alur informasi menjadi lugas, ringkas, dan mudah. Bayangkan, di masa lalu, seseorang yang ingin menghubungi sanak keluarga di luar kota, mesti memakai jaringan telepon interlokal. Kerap dijumpai, wartel wartel penuh di jam tertentu. Bandingkan dengan saat ini, di masa chatting bisa begitu gampang dijalankan sekadar melalui layar monitor dalam rumah. Baik PC, laptop, tablet, bahkan layar ponsel!
Masyarakat dapat mengakses informasi melalui internet secara bebas. Apalagi pemerintah dan swasta cukup gencar membuat banyak program
demi memasyarakatkannya. Sebagai contoh, Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan Mobile PLIK (MPLIK) yang diluncurkan pada akhir 2010. Sementara pada awal 2014 lalu, salah satu provider sempat mencanangkan gerakan “Indonesia Genggam Internet”.
Mengapa internet dianggap begitu penting oleh pemerintah? Karena, sarana ini bisa menjadi saluran sosialisasi dan informasi yang masif serta merata. Yang pada suatu titik, menjadi cermin kemajuan peradaban masyarakat.
Lantas, apa untungnya bagi pihak swasta? Sudah barang tentu terkait pengembangan bisnis. Meski demikian, harus diakui, pemahaman tentang internet yang sudah menjadi media informasi dan komunikasi anyar harus disikapi secara benar. Diposisikan sebagai tantangan zaman, bukan ancaman.
Secara tidak langsung, masyarakat “terbelah” dua, bila dilihat dari perspektif kelahiran media baru ini. Pertama, mereka yang disebut digital immigrants. Yakni, golongan yang hidup dan beranjak dewasa sebelum internet menjamah zaman. Mereka adalah orangorang yang melakukan peralihan “kultur”. Dari yang sebelumnya tidak paham internet, menjadi paham (atau memaksa diri mengerti) dengan teknologi ini.
Kedua, mereka yang disebut digital natives. Yakni, golongan yang sejak kecil dan beranjak dewasa telah langsung akrab dengan teknologi ini. Mereka lahir di masa internet sudah menjadi sebuah keniscayaan zaman