Surabaya – Dinkes Kabupaten Pasuruan dan polisi setempat angkat bicara soal praktik pengobatan yang dilakukan Ningsih Tinampi. Dinkes berbicara soal proses pengobatan yang di luar medis sedangkan polisi menyoroti soal keamanan.
Pengobatan alternatif Ningsih Tinampi yang viral menarik perhatian Dinkes. Pengobatan yang dilakukan Ningsih dinilai tidak masuk akal. Terlebih jika dilihat dari sisi medis.
“Dari sisi medis, itu sesuatu yang nggak masuk akal. Secara medis sudah nggak nyambung, sehingga di luar jangkauan saya untuk memberikan komentar praktik pengobatan tersebut,” kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Pasuruan, Ugik Setyo Darmoko, Rabu (18/9).
“Tetapi ada satu hal yang harus disampaikan dan diketahui oleh masyarakat luas bahwa pengobatan seperti ini kan tak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil dari pengobatan tersebut tak bisa dipertanggungjawabkan karena memang nggak ada sisi ilmiahnya,” imbuhnya.
Ugik mengaku sudah menerima laporan dari stafnya terkait praktik pengobatan Ningsih Tinampi. Ia juga mengetahui berbagai keluhan medis pasien dan cara mengobatinya dari video dan pemberitaan. Ningsih mengobati pasien dengan cara membaca Surat Al-Fatihah, mengobrol dengan pasien serta melakukan tindakan seperti pijat dan lain-lain. Ningsih menyakini hampir semua pasien yang datang padanya terkena santet.
“Yang kami kekhawatiran begini ya, kalau pasien ini jelas-jelas ada gangguan medis. Misalnya ada permasalahan dengan levernya, kemudian sampai muntah darah, lalu dianggap itu santet. Ini yang bahaya karena akan dilakukan penanganan yang tidak semestinya. Ujung-ujungnya nanti, ya maaf ya, adalah duit. Artinya, masyarakat yang polos nanti cenderung akan diambil keuntungannya,” papar Ugik.
Karena itu, pihaknya berharap masyarakat bijaksana menyikapi pengobatan alternatif yang dilakukan Ningsih. “Saya sendiri belum tahu secara utuh ya perihal pengobatan ini. Dinas Kesehatan akan mencoba melakukan pembinaan atau mendatangi kira-kira apa yang dilakukan,” pungkas Ugik.
Berbeda dengan Dinkes, pihak kepolisian berkomentar dari segi keamanan. Sebab setiap hari ratusan orang datang ke rumah Ningsih di Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, untuk berobat.
Ramainya warga yang datang ke lokasi menjadi perhatian polisi. Sejumlah personel diterjunkan ke lokasi untuk menjaga situasi tetap terkendali.
“Polisi setiap hari memberikan pengamanan agar situasi kondusif. Karena masyarakat setiap hari semakin banyak yang datang ke sana. Pengamanan dilakukan untuk menjaga situasi kamtibmas di lokasi. Personel yang diterjunkan tergantung kebutuhan,” kata Wakapolres Pasuruan Kompol Supriyono.
Supriyono mengatakan sampai saat ini belum ada masyarakat yang mengadu terkait praktik pengobatan tersebut. “Yang datang mayoritas masih percaya. Selama ini pasien tiap hari bertambah terus. Nggak ada pengaduan,” terang Supriyono.
Ratusan pasien datang dari berbagai kota, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Banyak pasien yang memilih menginap atau tinggal sementara menunggu giliran diobati.
Ramainya pasien dan keluarganya dimanfaatkan warga sekitar untuk membuka usaha. Mulai warung, tempat parkir, hingga penyewaan kamar. Semua jenis usaha di sekitar kediaman Ningsih laku keras.
Salah seorang warga, Kabil, berinisiatif membuka warung makan sejak lingkungannya ramai pasien. Ia mengaku mendapat keuntungan sangat besar. “Sehari mencapai Rp 1 juta,” katanya.
Kemudian pemilik warung kopi, Basir, mengaku sudah sekitar dua tahun membuka usahanya. Basir, yang membuka warungnya 24 jam, mengaku mendapat omzet Rp 2 juta sehari. Selain Kabil dan Basir, sejumlah warga juga membuka warung.
Banyaknya pasien yang datang juga dimanfaatkan pemuda setempat membuka jasa parkir. Tarif parkir di lokasi ini relatif mahal. Untuk roda empat dipatok Rp 10 ribu, sedangkan roda dua Rp 5 ribu.
“Sehari sekitar 150-200 kendaraan yang parkir di area dalam sini,” kata Danang Susanto, seorang penjaga parkir.