8.3 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Buy now

spot_img

Apa itu Narasi Politik

Narasi politik mengandung elemen-elemen yang memiliki tujuan politik seperti peru- bahan pemerintahan, struktur negara baru, atau pembentukan sistem hukum yang baru.18 Dalam sejumlah kasus, narasi politik dapat juga diiringi dengan narasi religi- us, untuk memberikan legitimasi bagi tujuan-tujuan politik melalui otoritas religius.

Salah satu narasi utama ekstremis brutal di Asia Tenggara mengaitkan konstruksi politik sebuah “negara” dengan otoritas religius dalam upaya untuk memberinya legitimasi. Ini terkadang juga diiringi dengan aspirasi penguasaan teritorial. JI be- rargumen bahwa tujuan utama mereka, sebuah Dawla Islamiyah regional (sebuah negara Islam), mencakup suatu kesatuan agama, politik, dan militer. Untuk menca- pai tujuan ini, JI juga berargumen bahwa seorang Muslim harus menjadi bagian dari sebuah kelompok (Al Jamaah) sebagai “syarat berdirinya sebuah negara Islam.”19

Walaupun jaringan JI telah berkurang secara signifikan dalam dekade terakhir, in- dividu dan jaringan yang sebelumnya berafiliasi dengan JI bisa jadi secara khu- sus terbujuk oleh aspirasi politik Daesh jika mereka melihat pembentukan Khilafa(Kekhalifahan) sebagai sesuatu yang sah. Inilah yang terjadi, sebagai contoh, pada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Indonesia, yang dipimpin oleh Santoso yang terkenal jahat, yang bersumpah setia kepada Daesh pada bulan Juli 2014.20 Kelompok ini mengklaim bahwa mereka menguasai sejumlah kecil teritori di Poso, lokasi dengan riwayat konflik antara aparat Indonesia dengan afiliasi JI setempat, dan oleh karena itu “Poso telah menjadi jantung simbolis dukungan ISIS di Indonesia.”21

Narasi Daesh mengklaim kebenaran ilahiah organisasi tersebut melalui pendirian negara (Kekhalifahan) sekarang juga dan implementasi Syariah sekarang juga.22Narasi Daesh membuat gambaran utopia Kekhalifahan—menekankan gagasan bahwa Daesh dapat menguasai teritori, memberikan akses air dan listrik, menye- diakan infrastruktur yang aman dan nyaman dan menyediakan pendidikan bagi “warga negara”-nya. Menurut Charlie Winter, lebih dari 50% narasi Daesh me- nekankan visi utopia Kekhalifahan.23 Taktik ini telah digunakan oleh Daesh untuk membidik anggota baru dari Asia Tenggara. Sebagai contoh, sebuah video ber- judul Cahaya Tarbiyah Di Bumi Kilafah (Education in the Caliphate) menampilkan anak-anak berbahasa Melayu sedang membaca Qur’an, salat, belajar di sekolah, dan berlatih menggunakan senjata. Video seperti ini berupaya untuk menekan- kan kemampuan mereka untuk memelihara generasi yang akan datang di wilayah kekuasaan Daesh.24

Khususnya bagi Daesh, bagian dari narasi rekrutmen mereka adalah mengimbau anggota baru untuk melaksanakan hijrah (migration) (migrasi) ke wilayah kekua- saan Daesh di Syria dan Irak. Sebuah artikel dalam Edisi 3 majalah Dabiq memberi- kan nasihat kepada musafir (khususnya pejuang asing):

Jangan khawatir tentang uang atau akomodasi bagi diri Anda sendiri dan keluarga Anda. Terdapat banyak rumah dan sumber daya untuk menam- pung Anda dan keluarga Anda. Ingat bahwa Khilafah adalah negara yang memperlakukan penduduk dan tentaranya sebagai manusia. Mereka bu- kanlah malaikat yang tanpa cela. Anda akan melihat hal-hal yang perlu penyempurnaan dan sedang disempurnakan.25

Menurut Winter, narasi Daesh juga mengandung tema pengampunan—Daesh akan “memaafkan afiliasi masa lalu seseorang, dengan syarat afiliasi tersebut sama sekali ditinggalkan dan ketaatan pada ‘kekhalifahan’ dijamin.”26 Ini merupakan salah satu elemen penting: semua diterima untuk menjadi bagian dari “negara” jika sumpah setia diucapkan.

Contoh terakhir dari narasi politik adalah klaim yang dibuat oleh ekstremis bru- tal bahwa pemerintah sedang berupaya melarang Muslim melaksanakan agama mereka, dan oleh karena itu bukan merupakan otoritas yang sah atas Muslim. Sebagai contoh, sebuah pamflet dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Indonesia berpendapat bahwa orang Amerika dan Zionis menghina Nabi, menghalangi Mus- lim melakukan salat, membunuh Muslim ketika salat, mempermalukan wanita di penjara dan mencelakai anak-anak.27 Demikian pula, sebuah video Jund al- Khilafah di Filipina menyatakan bahwa pemerintah Filipina melarang kaum pria memelihara jenggot panjang dan melarang wanita mengenakan hijab.28 Berbagai narasi ini, walaupun menggunakan elemen religius, memiliki tujuan akhir yang bersifat politis karena mereka berupaya untuk merusak kredibilitas pemerintah yang berkuasa dan mempertanyakan otoritas mereka untuk menjadi penguasa

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles