FBI telah meminta data lokasi dari Google yang mencakup 100 acre (sekitar 0,4 km persegi) sebagai bagian dari penyelidikan atas serangkaian perampokan di kota Portland, Amerika Serikat. Permintaan data pengguna di daerah tersebut menurut pengacara merupakan indiscriminate search atau pencarian yang tidak membeda-bedakan. Permintaan tersebut datang di tengah berita bahwa Google menyimpan data geografis dari ponsel bahkan ketika sejarah lokasi dimatikan. Namun raksasa Google tidak mematuhi permintaan FBI tersebut.
Selama bulan Maret dan April 2018 yang lalu polisi sedang menyelidiki serentetan perampokan usaha kecil di daerah Portland. Seorang tersangka akhirnya ditangkap dan pada bulan ini mengaku bersalah atas 11 dari 14 perampokan atau percobaan perampokan. Namun pada tahap awal penyelidikan, FBI mengeluarkan surat perintah penggeledahan yang meminta Google untuk menyerahkan data yang akan mengidentifikasi orang yang menggunakan layanan lokasinya di perangkat seluler di dekat dua atau lebih lokasi perampokan.
Permintaan tersebut mencakup nama dan alamat lengkap, nomor telepon, catatan waktu sesi dan durasi, tanggal di mana akun dibuat, lamanya layanan, alamat IP yang digunakan untuk mendaftarkan akun, alamat IP log-in yang terkait dengan waktu sesi, alamat email, file log serta sarana dan sumber pembayaran, termasuk nomor kredit atau rekening bank apa pun.
Dokumen yang dilihat oleh Forbes menunjukkan bahwa polisi hanya tertarik pada pengguna yang telah berada setidaknya di dua lokasi dalam jangka waktu tertentu. Meskipun demikian, pengacara Marina Medvin mengatakan bahwa permintaan tersebut mewakili pencarian sembarangan terhadap sekelompok besar orang.
Pencarian umum seperti itu tambahnya, dilarang di bawah Konstitusi AS. Melakukan pencarian yang luas berarti bahwa semakin banyak orang yang tidak bersalah, yaitu orang-orang yang tidak melakukan kesalahan apa pun menjadi terpengaruh karena data pribadi mereka ikut tersapu dan diserahkan kepada pemerintah.
Sumber: BBC